Rencana 20 Poin Donald Trump untuk Mengakhiri Perang di Gaza: Ikhtisar dan Analisis
Presiden AS Donald Trump telah mengungkapkan rencana 20 poin untuk mengakhiri perang di Gaza. Rencana tersebut mencakup usulan gencatan senjata segera, penarikan pasukan Israel, demiliterisasi penuh Gaza, dan peran untuk tokoh-tokoh internasional seperti mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair. Namun, penerimaan rencana ini oleh Hamas masih belum pasti.
Lima Poin Utama dari Rencana Trump
Berikut adalah lima poin utama dari proposal Trump untuk mengakhiri konflik Israel-Hamas yang telah berlangsung lama:
- Gencatan Senjata Segera: Jika kedua belah pihak setuju, perang akan segera berakhir. Hamas akan memiliki waktu 72 jam untuk mengembalikan semua sandera yang tersisa, hidup atau mati. Sebagai imbalannya, Israel akan membebaskan 1.700 warga Gaza, termasuk perempuan dan anak-anak, yang ditahan setelah 7 Oktober, serta 250 narapidana hukuman seumur hidup.
- Penarikan Pasukan Israel: Pasukan Israel akan menarik diri setelah Hamas melucuti senjata, dan "Pasukan Stabilisasi Internasional" (ISF) yang baru diusulkan akan masuk. ISF ini akan dikembangkan oleh AS bersama dengan mitra internasional dan Arab.
- Demiliterisasi Penuh Gaza: Proposal ini menyerukan demiliterisasi lengkap Gaza, termasuk penghancuran semua infrastruktur militer, termasuk terowongan dan fasilitas produksi senjata.
- Hamas Keluar, Tony Blair Masuk: Rencana ini juga mencakup peran untuk mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair sebagai bagian dari badan internasional untuk memerintah Gaza.
- Pengakuan Negara Palestina?: Proposal ini menyinggung kenegaraan Palestina dengan menawarkan janji bahwa suatu hari nanti, kenegaraan mungkin terwujud.
Skeptisisme dan Tantangan
Meskipun Netanyahu telah menyetujui rencana tersebut, Hamas masih mempelajarinya. Beberapa analis dan warga Gaza tetap skeptis tentang kelayakan dan implementasi jangka panjang rencana tersebut.
"It's drafted with conditions that the U.S. and Israel know Hamas will never accept. For us, that means the war and the suffering will continue," kata Ibrahim Joudeh, warga Gaza berusia 39 tahun, kepada AFP.
Ada juga kekhawatiran tentang kurangnya garis waktu yang jelas dan informasi tentang siapa yang akan mendanai pembangunan kembali di Gaza. Selain itu, peran Tony Blair telah menimbulkan kekhawatiran dari beberapa pihak karena keterlibatannya dalam invasi Irak.
Detail Tambahan dari Konferensi Pers Trump
Dalam konferensi pers bersama dengan Netanyahu, Trump menekankan bahwa negara-negara Arab dan Muslim telah berkomitmen untuk mendemiliterisasi Gaza dan melucuti kemampuan militer Hamas. Dia juga menyatakan bahwa AS akan menjalin dialog antara Israel dan Palestina untuk menyepakati cakrawala politik untuk koeksistensi damai.
Trump juga mengumumkan bahwa dia secara pribadi akan memimpin badan internasional baru yang disebut "Dewan Perdamaian" yang akan mengawasi implementasi rencana perdamaian. Dia juga menyebutkan bahwa Tony Blair ingin menjadi anggota dewan tersebut.
Tanggapan Netanyahu dan Kemungkinan Hasil
Netanyahu telah menyetujui rencana Trump dan menyatakan bahwa itu akan membawa kembali sandera Israel, membongkar kemampuan militer Hamas, dan memastikan bahwa Gaza tidak akan pernah lagi menimbulkan ancaman bagi Israel. Namun, dia mengisyaratkan bahwa Israel akan mempertahankan tanggung jawab keamanan, termasuk perimeter keamanan, untuk waktu yang tidak ditentukan, yang berbeda dari rencana Trump untuk jangka panjang.
Masa depan rencana perdamaian ini sangat bergantung pada tanggapan Hamas. Jika Hamas menolak rencana tersebut, Trump telah menjanjikan dukungan penuh AS untuk Israel untuk melakukan apa pun yang perlu mereka lakukan. Akibatnya, proposal tersebut melibatkan "penyerahan bagi Hamas" menurut analis Al Jazeera, Marwan Bishara.
Masa Depan Perdamaian yang Tidak Pasti
Meskipun ada upaya untuk mencapai perdamaian, masa depan konflik Israel-Palestina tetap tidak pasti. Apakah rencana Trump akan berhasil atau tidak akan bergantung pada kesediaan kedua belah pihak untuk berkompromi dan mengatasi perbedaan mereka. Apakah kedua pemimpin tersebut akan menyetujui dan tetap sesuai dengan rencana perdamaian itu, akan menentukan hasilnya.